Foto: Sakral, Upacara Adat Hang Woja Kilit Desa Torong Koe Kecamatan Reok Barat Kabupaten Manggarai NTT.
INVESTIGASINEWS.CO
Manggarai - Upacara Hang woja kilit (Sukuran hasi panen) Desa Torong Kecamatan Reok Barat Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaksanakan hari Rabu 13/12/2023.
Acara ini salah satu bentuk upacara adat masyarakat Manggarai untuk mensyukuri atas hasil panen yang diperoleh menurut masyarakat manggarai hasil pemberian Mori Jari Dedek (Tuhan Sang Pencipta).
Ritual ini juga sebagai pengharapan untuk panen yang lebih baik pada tahun berikutnya.
Menurut Alo Masol tujuan lain melakukan acara ini untuk menghormati sang pencipta, Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur sekaligus digunakan sebagai wujud dalam melestarikan budaya dan generasi ke generasi yang lain. Acara ini dilaksanakan selama dua hari berturut-turut yang dilakukan setiap tahun serta tanggal dan bulan yang sama.
Hari pertama tepatnya tanggal 2 sukuran dilakukan masing-masing atau persuku. Sebelum ke kegiatan inti tersebut, sore harinya semua pihak berkunjung ke pemakaman mereka masing-masing dan mengajak mereka untuk mengikuti ritual di rumah yang menurut mereka rumah tersebut tempat tinggal nenek moyang yang telah meningal ataun rumah besar (Libur kilo).
Sedangkan hari kedua semua pihak atau semua suku kumpul bersama-sama di perkuburan karena akan mengikuti misa arwah, sekaligus mengajak mereka untuk bersama-sama mengikuti malam puncak acara tersebut di gendang (rumah adat) yang nantinya akan diikuti oleh setiap suku dimana mereka datang membawa serta hasil panen yang dihasilkan tahun tersebut sepertti kemiri, padi, dan kacang-kacangan. Kemudia setelah dikumpulkan hasil panen akan diadakan ritual yang besar dan mengorbankan 1 ekor babi dan ayam yang tak terhitung jumlahnya karena untuk mensyukuri hasil panen tersebut.
Setelah acara tersebut selesai akan diadakan misa di gendang (rumah adat) dan uniknya misa tersebut menggunakan bahasa manggarai dimulai dari bacaan serta kotbah dan seluruhnya menggunakan bahasa manggarai serta paduan suara tidak menggunakan musik melainkan pakai alat tradisional yaknin Gong dan Gendang.
Setelah misa selesai akan dilanjutkan dengan sanda (salah satu lagu budaya manggarai dengan gerak jalan berbaris-baris, secara teratur membentuk lingkaran berbaris anatar pria dan wanita dengan memakai pakayan adat yang berlaku yang dilakukan di rumah adat dan diartikan sebagai kategori seni suara dan gerak suapaya sanda itu bisa dilakukan dengan baik dan dibutuhkan kerja sama).***(Aurelius Yofandi)
#EP#