Pahlawan Demokrasi atau Pengacau Warisan Zaman?

InvesBoleh diganti atau hapus

InvesBoleh diganti atau hapus

HU-KRIM


Pahlawan Demokrasi atau Pengacau Warisan Zaman?

Selasa, 29 April 2025
Foto: Pahlawan Demokrasi atau Pengacau Warisan Zaman?

Catatan Redaksi INVESTIGASINEWS.CO
Siak, Selasa 29/04/2025.

INVESTIGASINEWS.CO
SIAK - Sejarah akan mencatat nama-nama orang yang katanya berjasa, namun tak semua nama itu akan ditulis dengan tinta emas. Di Kabupaten Siak, ada nama-nama tokoh(?) yang terus dielu-elukan sebagai "pahlawan demokrasi", kembali menjadi bahan perbincangan publik. Bukan karena jasa, tapi karena jejak.

Ironisnya, nama-nama ini justru semakin berkibar di tengah krisis akal sehat yang menjangkiti ruang publik Siak. Sejumlah pihak menyebut mereka sebagai pahlawan rakyat, pahlawan demokrasi yang memperjuangkan suara kebenaran. Namun, ternyata mereka hanya seperti tokoh pewayangan: tampak heroik dari jauh, tapi begitu didekati, kita bertanya-tanya siapa yang sebenarnya sedang diselamatkan. 

Dari zaman kolonial Belanda, pahlawan kerap dilabeli sebagai pengacau oleh penguasa. Tapi anehnya, dalam kisah ini, gelar "pahlawan" justru disematkan oleh mereka sendiri dengan penuh percaya diri dan minim prestasi.

Kalau melihat kontribusi mereka, itu lebih banyak pada penciptaan wacana kosong, foto-foto bersama lalu di upload dan statemen yang viral tapi nihil solusi. 

Dalam bulan terakhir ini, publik Siak disuguhi narasi pengagungan terhadap mereka di sosmed, seolah mereka penyelamat demokrasi. Namun di balik spanduk dan baliho, masyarakat bertanya lagi: apa yang sebenarnya mereka selamatkan?

Dalam upaya membingkai sejarah lokal, nama mereka terus berusaha dipoles bak monumen berlapis emas. Tapi sebagian warga justru melihat itu sebagai kilau semu, lebih mirip pelapisan timah murahan yang mudah terkelupas ketika disentuh kritik dan argumentasi hukum. 

Mereka mungkin tercatat dalam sejarah saat ini. Tapi seperti catatan utang, tidak dihapus, hanya ditunda. 

Masyarakat yang awas menyebut ini sebagai proses sistematis pencucian otak di tengah hilangnya akuntabilitas dan trush penguasa. Ironi terjadi, saat pencitraan justru menjadi substansi, sementara substansi demokrasi ditinggal mati.

Yang lebih menyedihkan adalah bagaimana pembodohan publik berlangsung massif dan terstruktur. Seperti menonton drama kolosal: anggaran habis, akting kaku, tapi penonton tetap disuruh tepuk tangan. Begitukah? 

Sementara itu, warga biasa yang mempertanyakan narasi ini dianggap “tidak tahu terima kasih”. Dan ketika mereka yang menyuarakan kebenaran dicap pengganggu, sementara para perancang kegaduhan dipuja bak juru selamat.

Zaman terus bergulir. Sejarah, sebagaimana air sungai Siak yang mengalir, akan menyaring lumpur dari permata.

Publik Siak suatu saat akan membuka mata, bahwa tak semua yang disebut pahlawan benar-benar menyelamatkan.

Dan ketika itu terjadi, nama-nama mereka akan tetap tercatat, entah sebagai pejuang demokrasi, atau sebagai bagian dari sandiwara panjang dalam sejarah yang terlalu sabar mencatat kebodohan kolektif. Salam akal sehat.***

Catatan Redaksi INVESTIGASINEWS.CO
Siak, Selasa 29/04/2025.

Most Popular

Video InvestigasiNews.co

https://www.youtube.com/@investigasinewsredaksi/featured

Video Terpopuler

https://www.youtube.com/@DwiPurwanto-kd4uf

Berita Terkini

Fakta Mengejutkan di Sidang MK: Masa Jabatan Alfedri Kurang dari Satu Periode Penuh

Foto: KPU Siak Bongkar Fakta: Alfedri Belum Dua Periode, Gugatan Sugianto Terancam Gugur.  INVESTIGASINEWS.CO JAKARTA  – KPU Sia...